PENGARUH ROKOK TERHADAP KESEHATAN RONGGA MULUT


Jaringan periodonsium merupakan jaringan pendukung gigi yang meliputi jaringan keras dan jaringan lunak. Jaringan keras terdiri atas sementum dan tulang alveolar sedangkan jaringan lunak terdiri atas gingiva gusi dan ligamen periodontal. Penyakit yang terjadi pada jaringan periodonsium disebut dengan penyakit periodontal yang secara umum dibagi menjadi 2 yaitu gingivitis (peradangan gusi) dan periodontitis (peradangan pada jaringan pendukung gigi). Gingivitis merupakan inflamasi pada jaringan gingiva (gusi) tanpa terjadinya kehilangan perlekatan dan sifatnya reversible (dapat kembali seperti semula) sedangkan periodontitis merupakan inflamasi pada jaringan periodonsium dan sudah terjadi kehilangan perlekatan dan sudah terbentuknya poket periodontal (saku gusi) dan bersifat irreversible (tidak dapat kembali seperti semula).
Salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit periodontal adalah merokok. Rokok amat berbahaya bagi kesehatan gigi dan mulut. Jumlah perokok di Amerika pada tahun 2007 mencapai 20,8% dari seluruh populasi dan terjadi lebih tinggi pada usia muda (34 tahun) dari pada usia tua (55 tahun) dan lebih sering pada laki-laki (30,9%) dibandingkan wanita (25,1%). Berdasarkan data WHO jumlah perokok di Indonesia sangat tinggi menempati urutan ketiga di dunia setelah Cina dan India. Berdasarkan data Global Adults Tobacco Survey (GATS) pada tahun 2011 dimana terjadi peningkatan konsumsi rokok di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang dilakukan survei yang sama. Data Kemenkes tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah perokok di Indonesia mencapai 65,2 juta orang dengan rincian perokok laki-laki sebanyak 60,4 juta dan perokok wanita adalah 4,8 juta orang. Hal ini dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan baik permasalah kesehatan secara umum yaitu meningkatkan risiko kematian, penyakit jantung, permasalahan di rongga mulut seperti penyakit periodontal, kanker rongga mulut dan berbagai penyakit lainnya. Tingginya angka perokok juga dapat menyebabkan kerugian sebanyak 245,5 triliun per tahunnya walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa rokok dapat meningkatkan devisa negara. Berdasarkan survei, pengeluaran keluarga Indonesia yang merokok menempati urutan kedua setelah makanan dan kalah jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk konsumsi daging, buah-buahan, pendidikan maupun kesehatan.
Rokok yang dikenal memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan rongga mulut dapat menimbulkan berbagai macam masalah. Salah satunya adalah penyakit periodontal. Rokok yang mengandung ribuan zat kimia berbahaya dan terdiri atas fase gas dan fase solid. Fase gas berupa karbon monoksida, ammonia, formalin, hidrogen sianida, dan berbagai jenis racun dan iritan lain termasuk 60 jenis yang diketahui sebagai karsinogen seperti benzo (a)pyrene dan dimetilnitrosamin. Fase solid terdiri atas nikotin “tar” (yang merupakan racun yang bersifat toksik), benzena dan benzo (a)pyrene. Tar akan terhirup ketika rokok dihisap dan akan terjadi kondensasi yang menyebabkan adanya substansi coklat keras pada gigi atau jari. Nikotin sebagai alkaloid, ditemukan pada daun tembakau dan akan berevaporasi ketika rokok dinyalakan. Nikotin ini dengan sangat cepat akan diserap oleh paru-paru dan akan mencapai otak dalam waktu 10-19 detik. Nikotin bersifat aditif dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, peningkatan laju jantung dan sirkulasi serta vasokonstriksi pembuluh darah.
Adapun efek yang ditimbulkan akibat rokok terhadap jaringan peridonsium meliputi gingivitis dan periodontitis. Pada gingivitis terjadi penurunan infalamasi gingiva dan perdarahan saat dilakukan probing. Hal ini karena pada perokok respon terhadap akumulasi plak berkurang sehingga tidak menyebabkan terjadinya kerusakan. Pada periodontitis, merokok dapat menyebabkan terjadinya peningkatan keparahan penyakit periodontal, peningkatan kedalaman poket, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang, terjadinya periodontitis, dan kehilangan gigi. Aktivitas merokok seseorang setiap harinya dapat dihubungkan dengan terjadi peningkatan laju penyakit periodontal. Berdasarkan penelitian NHNES menyatakan adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan merokok yaitu terjadi pada 12.000 individu dengan usia > 18 tahun yang merokok. Periodontitis ditandai dengan terjadinya kehilangan perlekatan yaitu 4 mm dan kedalaman poket 4 mm. Pada individu perokok terjadi peningkatan risiko terjadinya periodontitis sebanyak 4 dibandingkan dengan individu yang tidak pernah merokok setelah dikaitkan dengan umur, jenis kelamin, etnis, pendidikan, dan penghasilan.
Perokok yang mengalami periodontitis dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kerusakan yang ditimbulkan akibat rokok. Salah satunya adalah perubahan mikroflora. Pada perokok terjadi perubahan flora normal dalam rogga mulut mengalami kerusakan. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan komposisi plak subgingiva, dimana terjadi peningkatan mikroorganisme patogen dan perubahan respon tubuh terhadap perubahan mikroorganisme tersebut atau kombinasi dari keduanya. Berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara perubahan mikrobial dengan terjadinya periodontitis. Sedangkan penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa terjadi perbedaan jumlah Tannerella forsythia pada perokok yaitu sebanyak 2,3 kali dibandingkan dengan bukan perokok. Selain perubahan mikroflora, pada perokok juga terjadi perubahan respon imun, dimana terjadi penurunan respon imun karena perubahan mikrofloranya. Pada perokok mikroflora merusak elemen protektif respon imun sehingga terjadinya peningkatan kerusakan jaringan periodontal. Hal ini dapat menyebabkan respon imun pejamu terhadap perubahan mikroflora menjadi berkurang. Neutrofil yang memiliki fungsi utama respon imun memiliki tugas untuk melakukan kemotaksis, fagositosis dan membunuh mikroorganisme. Namun, fungsi tersebut pada perokok menunjukkan penurunan bahkan telah rusak. Selain itu juga terjadi penurunan jumlah antibodi tetapi terjadi peningkatan mediator inflamasi yang dapat mengakibatkan terjadi kerusakan periodontal seperti tumor necrosis factor alpha (TNF-α), prostaglandin E2 (PGE2) dan matrix metalloproteinase-8 (MMP-8) serta meningkatnya cairan krevikular.

Berdasarkan penjelasan di atas, berdasarkan hemat penulis jelas bahwa merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya periodontitis yang meliputi terjadinya perubahan mikroflora dan perubahan respon imun. Hal ini akan menyebabkan seseorang lebih mudah terjadi kerusakan pada jaringan periodontalnya karena ketidakseimbangan tersebut. Di samping itu terdapat lebih banyak lagi penyakit di rongga mulut yang disebabkan oleh rokok seperti bau mulut, kerusakan mukosa dan yang lebih penting rokok menjadi penyebab terjadinya kanker rongga mulut dan kehilangan gigi di usia muda karena adanya periodontitis. 

Tags:

Share:

0 komentar